Makalah Aqidah Akhlak
RUANG LINGKUP
PEMBAHASAN AQIDAH
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 1
KETUA : MULIA FATHAN
ANGGOTA : M. ZIKRULLAH
M. RIZKI RAMADHAN
RISKI FAJAR SYAH PUTRA
Madrasah Aliyah Negeri Model Banda Aceh
Tahun Ajaran : 2012-2013
Kata pengantar
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah
yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah member petunjuk agama yang
lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat serta salam semoga
tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya degan suri
tauladan-Nya yang baik .
Syukur kehadiran Allah
SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk
dapat menyelesaikan makalah ini . makanlah ini merupakan pengetahuan tentang RUANG
LINGKUP PEMBAHASAN AQIDAH , semua ini di rangkup dalam makalah ini , agar
pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan
akurat .
Sistematika makalah ini
dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi yang telah dan akan
dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya , membaca akan masuk pada inti
pembahasaan dan di akhiri dengan kesimpulan , saran dan makalah ini. Diharapkan
pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
AQIDAH.
Akhirnya, kami penyusun
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda semua.
Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
B.
Aceh, Agustus 2012
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Bila kita berbicara tentang ruang lingkup pengajaran agama,
maka akan dikemukakan beberapa bidang pembahasan pengajaran agama itu yang
sudah menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri di perguruan agama. Tentu
saja seharusnya sudah mempunyai metodik khusus untuk masing-masing pelajaran
(fiqhi, aqidah, akhlak, dan mata pelajaran agama yang lainnya).
Jumlah dan jenis mata pelajaran dapat saja bertambah/dipecah
dan mungkin di gabung. Tetapi prinsip pokok dan sumber tidak akan mengalami
perubahan, karena wahyu dan sabda Rasulullah tidak akan bertambah lagi, yang
bertambah adalah bidang studi dari segi pengelompokkannya serta pembahasannya.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis
dapat menemukan permasalahan yaitu :
- Apa saja definisi Ruang Lingkup Aqidah itu?
- Dan bagai mana contoh dari pembagiannya?
Sistematika Penulisan
Dalam
makalah kami kami telah menyusun rangkaian sebagai berikut:
Ø Kata Pengantar
Ø Daftar Isi
Ø Bab I Pendahuluan
Ø Bab II Permasalahan
Ø Bab III Penutup dan
Ø Daftar Pustaka
Dan juga kami menulis makalah ini dengan menggunakan bahasa
atau dengan kata-kata yang komunikatif agar sesuai dengan tahapan pembelajaran
siswa saat ini. Dengan tujuan agar siswa mudah memahami isi atau kandungan di
dalam makalah yang telah kami susun.
BAB
II
PERMASALAHAN
A.
Pembahasan
Aqidah
Aqidah Islam berawal dari keyakinan
kepada zat mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat,
sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan
dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman.(1)
Sistematika aqidah itu bagaikan sebuah pohon yang berbuah
Menurut
sistematika Hasan Al-Banna maka ruang lingkup Aqidah Islam meliputi :
I. Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan dengan Tuhan (Allah), seperti wujud Allah, sifat Allah dll
I. Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan dengan Tuhan (Allah), seperti wujud Allah, sifat Allah dll
Adapun:
Wujud dan Sifat ALLAH
Pembahasan ini merupakan pembahasan
yang wajib diketahui oleh setiap muslim, sebagaimana wajibnya seorang muslim
untuk mengenal Tuhannya, Allah swt. Pembahasan ini merupakan pengantar dari
kajian Ilmu Tauhid (Keesaan Allah swt.). Diharapkan dengan menguasai kajian ini
seorang hamba dapat lebih mengenal dirinya sebagai hamba dan bagaimana
seharusnya bersikap sebagai hamba, dan juga lebih mengenal Tuhannya, Allah
swt., sehingga mengetahui bagaimana ia bersikap di hadapan Tuhannya serta
beribadah sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya menurut apa yang disukai-Nya.
Sebagai contoh dari harapan
pembahasan ini adalah mengenal (salah satu) Sifat Allah swt. bahwa Dia adalah
Maha Besar; dan sebaliknya bahwa manusia penuh dengan kelemahan. Setelah
mengetahuinya diharapkan seorang hamba akan dapat merasakan kebesaran Allah swt
dan merasakan kelemahan dirinya sehingga tidak ada lagi padanya sifat sombong,
merasa hebat, merasa besar, merasa paling benar dan sebagainya.
A. Mengetahui Wujud Allah (مَعْرِفَةُ وُجُوْدِ اللهِ)
Bagaimana kita dapat mengetahui
wujud Allah swt.? Bila Anda melihat mobil bergerak di depan Anda dari jauh,
atau menyaksikan pesawat terbang melintas di udara, maka dengan yakin Anda
mengatakan bahwa pasti ada sopir yang menyetir mobil dan ada pilot yang
mengendalikan pesawat meskipun Anda tidak melihat mereka berdua. Karena jika
yang mengendalikan mobil atau pesawat itu tidak ada, mustahil mobil atau pesawat
itu dapat melalui rutenya dengan selamat.
Bagaimana kaitannya dengan wujud
Allah? Jawabnya, kita melihat matahari, bulan, bintang dan planet bergerak
teratur, malam dan siang berganti dengan keteraturan yang amat detil.
Mungkinkah mereka ada dan bergerak sendiri? Tidak diragukan lagi bahwa semuanya
telah diciptakan dan diatur oleh Allah swt. Jika Allah tidak ada – kita memohon
ampun kepada-Nya – mustahil matahari, bulan, bintang-bintang, planet, siang,
dan malam menjadi ada dan bertahan dengan pergerakannya yang amat teratur.
Dengan demikian pula tidak akan ada makhluk yang sangat tergantung dengan
mereka semua.
Apakah mereka diciptakan tanpa
sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah
mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya mereka tidak meyakini
(apa yang mereka katakan). (52:35-36).
Wujud Allah telah dibuktikan oleh
fitrah, akal, syara’ dan indera.
1. Dalil Fitrah.
Bukti fitrah tentang wujud Allah
adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa
terlebih dahulu berpikir atau belajar. Tidak akan berpaling dari tuntutan
fitrah ini, kecuali orang yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat
memalingkannya. Rasulullah bersabda:
مَا
مِنْ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ
يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
“Semua bayi yang dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Kristen, atau
Majusi. ” (HR. Al Bukhari)
Ketika seseorang melihat makhluk
ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya, akal akan
menyimpulkan adanya semuanya itu tentu ada yang mengadakannya dan tidak mungkin
ada dengan sendirinya. Dan panca indera kita mengakui adanya Allah di mana kita
melihat ada orang yang berdoa, menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu Allah
mengabulkannya.
Adapun tentang pengakuan fitrah
telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an:
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu
menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’
Mereka menjawab: ‘ (Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami
lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan:
‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua
kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah
anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.’” (QS. Al A’raf: 172-173).
Ayat ini merupakan dalil yang sangat
jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah dan juga menunjukkan, bahwa
manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun bukti syari’at, kita
menyakini bahwa syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat
bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Dzat yang
Maha Bijaksana. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih
Al ‘Utsaimin hal 41-45)
2. Dalil Al Hissyi (Dalil Indrawi)
Bukti indera tentang wujud Allah dapat
dibagi menjadi dua:
a. Kita dapat mendengar dan
menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta pertolongan-Nya yang
diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan
secara pasti tentang wujud Allah. Allah berfirman:
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum
itu ketika dia berdoa dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia
beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al Anbiyaa 76)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu…” (Al Anfaal 9)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu…” (Al Anfaal 9)
Anas bin Malik berkata, “Pernah ada
seorang Badui datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi tengah berkhutbah.
Lelaki itu berkata, “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh
warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah untuk mengatasi
kesulitan kami. ” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa.
Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum
turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada hari Jum’at yang
kedua, orang Badui atau orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah,
bangunan kami hancur dan harta benda pun tenggelam, doakanlah akan kami ini
(agar selamat) kepada Allah. ” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya,
seraya berdoa: “Ya Rabbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan janganlah
Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami. ” Akhirnya beliau tidak
mengisyaratkan pada suatu tempat, kecuali menjadi terang (tanpa hujan). ” (HR.
Al Bukhari)
b. Tanda-tanda para Nabi yang
disebut mu’jizat, yang dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan
bukti yang jelas tentang keberadaan Yang Mengutus para Nabi tersebut, yaitu
Allah, karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia. Allah melakukannya
sebagai pemerkuat dan penolong bagi para Rasul.
Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa
untuk memukul laut dengan tongkatnya, Musa memukulkannya, lalu terbelahlah laut
itu menjadi dua belas jalur yang kering, sementara air di antara jalur-jalur
itu menjadi seperti gunung-gunung yang bergulung. Allah berfirman, yang
artinya: “Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti
gunung yang besar. ” (Asy Syu’ara 63)
Contoh kedua adalah mu’jizat Nabi
Isa ketika menghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari
kubur dengan ijin Allah.
“…dan aku menghidupkan orang mati
dengan seijin Allah…” (Al Imran 49)
“…dan (ingatlah) ketika kamu
mengeluarkan orang mati dari kuburnya (menjadi hidup) dengan ijin-Ku…” (Al
Maidah 110)
Contoh ketiga adalah mu’jizat Nabi
Muhammad ketika kaum Quraisy meminta tanda atau mu’jizat. Beliau mengisyaratkan
pada bulan, lalu terbelahlah bulan itu menjadi dua, dan orang-orang dapat
menyaksikannya. Allah berfirman tentang hal ini, yang artinya: “Telah dekat
(datangnya) saat (Kiamat) dan telah terbelah pula bulan. Dan jika mereka
(orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (mu’jizat), mereka berpaling dan
berkata: “ (Ini adalah) sihir yang terus-menerus. ” (Al Qomar 1-2)
Tanda-tanda yang diberikan Allah,
yang dapat dirasakan oleh indera kita itu adalah bukti pasti wujud-Nya.
3. Dalil ‘Aqli (dalil akal pikiran)
Bukti akal tentang adanya Allah
adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa semua makhluk, yang terdahulu
maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan. Tidak mungkin makhluk
menciptakan dirinya sendiri, dan tidak mungkin pula tercipta secara kebetulan.
Tidak mungkin wujud itu ada dengan sendirinya, karena segala sesuatu tidak akan
dapat menciptakan dirinya sendiri. Sebelum wujudnya tampak, berarti tidak ada.
Lihatlah sekeliling anda dari tempat
duduk anda. Akan anda dapati bahwa segala sesuatu di ruang ini adalah “buatan”:
dindingnya sendiri, pelapisnya, atapnya, kursi tempat duduk anda, gelas di atas
meja dan pernak-pernik tak terhitung lainnya. Tidak ada satu pun yang berada di
ruang anda dengan kehendak mereka . Gulungan tikar sederhana pun dibuat oleh
seseorang: mereka tidak muncul dengan spontan atau secara kebetulan.
Begitu pula, orang yang memandang
suatu pahatan tidak sangsi sama sekali bahwa pahatan ini dibuat oleh seorang
pemahat. Hal ini bukan mengenai karya seni saja: batu bata yang bertumpukan pun
pasti dikira oleh siapa saja bahwa tumpukan batu bata sedemikian itu disusun
oleh seseorang dengan rencana tertentu. Karena itu, di mana saja yang terdapat
suatu keteraturan, entah besar entah kecil, pasti ada penyusun dan pelindung
keteraturan ini. Jika pada suatu hari seseorang berkata dan menyatakan bahwa
besi mentah dan batu bara bersama-sama membentuk baja secara kebetulan, yang
kemudian membentuk Menara Eiffel secara lagi-lagi kebetulan, tidakkah ia dan
orang yang mempercayainya akan dianggap gila?
Pernyataan teori evolusi, suatu
metode unik penyangkal keberadaan Allah, tidak berbeda daripada ini. Menurut
teori ini, molekul-molekul anorganik membentuk asam-asam amino secara
kebetulan, asam-asam amino membentuk protein-protein secara kebetulan, dan
akhirnya protein-protein membentuk makhluk hidup secara lagi-lagi kebetulan.
Akan tetapi, kemungkinan pembentukan makhluk hidup secara kebetulan ini lebih
kecil daripada kemungkinan pembentukan Menara Eiffel dengan cara yang serupa,
karena sel manusia bahkan lebih rumit daripada segala struktur buatan manusia
di dunia ini.
Bagaimana mungkin mengira bahwa
keseimbangan di dunia ini timbul secara kebetulan bila keserasian alam yang
luar biasa ini pun bisa teramati dengan mata telanjang? Pernyataan bahwa alam
semesta, yang semua unsurnya menyiratkan keberadaan Penciptanya, muncul dengan
kehendaknya sendiri itu tidak masuk akal.
Karena itu, pada keseimbangan yang
bisa dilihat di mana-mana dari tubuh kita sampai ujung-ujung terjauh alam
semesta yang luasnya tak terbayangkan ini pasti ada pemiliknya. Jadi, siapakah
Pencipta ini yang mentakdirkan segala sesuatu secara cermat dan menciptakan
semuanya?
Ia tidak mungkin Dzat material yang
hadir di alam semesta ini, karena Ia pasti sudah ada sebelum adanya alam
semesta dan menciptakan alam semesta dari sana. Pencipta Yang Maha Kuasa,
Dialah yang mengadakan segala sesuatu, sekalipun keberadaan-Nya tanpa awal atau
pun akhir.
Agama mengajari kita identitas
Pencipta kita yang keberadaannya kita temukan melalui akal kita. Melalui agama
yang diungkapkan kepada kita, kita tahu bahwa Dia itu Allah, Maha Pengasih dan
Maha Pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi dari kehampaan.
Meskipun kebanyakan orang mempunyai
kemampuan untuk memahami kenyataan ini, mereka menjalani kehidupan tanpa
menyadari hal itu. Bila mereka memandang lukisan pajangan, mereka takjub siapa
pelukisnya. Lalu, mereka memuji-muji senimannya panjang-lebar perihal keindahan
karya seninya. Walau ada kenyataan bahwa mereka menghadapi begitu banyak
keaslian yang menggambarkan hal itu di sekeliling mereka, mereka masih tidak
mengakui keberadaan Allah, satu-satunya pemilik keindahan-keindahan ini.
Sesungguhnya, penelitian yang mendalam pun tidak dibutuhkan untuk memahami
keberadaan Allah. Bahkan seandainya seseorang harus tinggal di suatu ruang
sejak kelahirannya, pernak-pernik bukti di ruang itu saja sudah cukup bagi dia
untuk menyadari keberadaan Allah.
Tubuh manusia menyediakan begitu
banyak bukti yang mungkin tidak terdapat di berjilid-jilid ensiklopedi. Bahkan
dengan berpikir beberapa menit saja mengenai itu semua sudah memadai untuk
memahami keberadaan Allah. Tatanan yang ada ini dilindungi dan dipelihara oleh
Dia.
Tubuh manusia bukan satu-satunya
bahan pemikiran. Kehidupan itu ada di setiap milimeter bidang di bumi ini,
entah bisa diamati oleh manusia entah tidak. Dunia ini mengandung begitu banyak
makhluk hidup, dari organisme uniseluler hingga tanaman, dari serangga hingga
binatang laut, dan dari burung hingga manusia. Jika anda menjumput segenggam
tanah dan memandangnya, di sini pun anda bisa menemukan banyak makhluk hidup
dengan karakteristik yang berlainan. Di kulit anda pun, terdapat banyak makhluk
hidup yang namanya tidak anda kenal. Di isi perut semua makhluk hidup terdapat
jutaan bakteri atau organisme uniseluler yang membantu pencernaan. Populasi
hewan di dunia ini jauh lebih banyak daripada populasi manusia.
Jika kita juga mempertimbangkan
dunia flora, kita lihat bahwa tidak ada noktah tunggal di bumi ini yang tidak
mengandung kehidupan. Semua makhluk ini yang tertebar di suatu bidang seluas
lebih daripada jutaan kilometer persegi itu mempunyai sistem tubuh yang
berlainan, kehidupan yang berbeda, dan pengaruh yang berbeda terhadap
keseimbangan lingkungan. Pernyataan bahwa semua ini muncul secara kebetulan
tanpa maksud atau pun tujuan itu gila-gilaan. Tidak ada makhluk hidup yang
muncul melalui kehendak atau upaya mereka sendiri. Tidak ada peristiwa
kebetulan yang bisa menghasilkan sistem-sistem yang serumit itu.
Semua bukti ini mengarahkan kita ke
suatu kesimpulan bahwa alam semesta berjalan dengan “kesadaran” (consciousness)
tertentu. Lantas, apa sumber kesadaran ini? Tentu saja bukan makhluk-makhluk
yang terdapat di dalamnya. Tidak ada satu pun yang menjaga keserasian tatanan
ini. Keberadaan dan keagungan Allah mengungkap sendiri melalui bukti-bukti yang
tak terhitung di alam semesta. Sebenarnya, tidak ada satu orang pun di bumi ini
yang tidak akan menerima kenyataan bukti ini dalam hati sanubarinya. Sekalipun
demikian, mereka masih mengingkarinya “secara lalim dan angkuh, kendati hati
sanubari mereka meyakininya” sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Qur’an.
(Surat An-Naml: 14)
Semua makhluk tidak mungkin tercipta
secara kebetulan, karena setiap yang diciptakan pasti membutuhkan pencipta.
Adanya makhluk-makhluk itu di atas undang-undang yang indah, tersusun rapi, dan
saling terkait dengan erat antara sebab-musababnya dan antara alam semesta satu
sama lainnya. Semua itu sama sekali menolak keberadaan seluruh makhluk secara
kebetulan, karena sesuatu yang ada secara kebetulan, pada awalnya pasti tidak
teratur.
Kalau makhluk tidak dapat
menciptakan diri sendiri, dan tidak tercipta secara kebetulan, maka jelaslah,
makhluk-makhluk itu ada yang menciptakan, yaitu Allah Rabb semesta alam.
Allah menyebutkan dalil aqli (akal)
dan dalil qath’i dalam surat Ath Thuur: “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu
pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (Ath Thuur 35)
Dari ayat di atas tampak bahwa
makhluk tidak diciptakan tanpa pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya
sendiri. Jadi jelaslah, yang menciptakan makhluk adalah Allah.
Ketika Jubair bin Muth’im mendengar
dari Rasulullah yang tengah membaca surat Ath Thuur dan sampai kepada ayat-ayat
ini: “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun, ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan
bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah
di sisi mereka ada perbendaharaan Rabbmu atau merekakah yang berkuasa?” (Ath
Thuur 35-37)
“Ia, yang tatkala itu masih musyrik
berkata, “Hatiku hampir saja terbang. Itulah permulaan menetapnya keimanan
dalam hatiku. ” (HR. Al Bukhari)
Dalam hal ini kami ingin memberikan
satu contoh. Kalau ada seseorang berkata kepada Anda tentang istana yang
dibangun, yang dikelilingi kebun-kebun, dialiri sungai-sungai, dialasi oleh
hamparan karpet, dan dihiasi dengan berbagai perhiasan pokok dan penyempurna,
lalu orang itu mengatakan kepada Anda bahwa istana dengan segala
kesempurnaannya ini tercipta dengan sendirinya, atau tercipta secara kebetulan
tanpa pencipta, pasti Anda tidak akan mempercayainya, dan menganggap perkataan itu
adalah perkataan dusta dan dungu. Kini kami bertanya pada Anda, masih
mungkinkah alam semesta yang luas ini beserta apa-apa yang berada di dalamnya
tercipta dengan sendirinya atau tercipta secara kebetulan?!
4. Dalil Naqli (Dalil Syara’)
Bukti syara’ tentang wujud Allah
bahwa seluruh kitab langit berbicara tentang itu. Seluruh hukum yang mengandung
kemaslahatan manusia yang dibawa kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa
kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Bijaksana dan Mengetahui segala
kemaslahatan makhluknya. Berita-berita alam semesta yang dapat disaksikan oleh
realitas akan kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga merupakan
dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Kuasa untuk
mewujudkan apa yang diberitakan itu.
Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. 4:82)
Demikian juga adanya para Rasul dan
agama yang bersesuaian dengan kemaslahatan umat manusia menunjukkan adanya
Allah, karena tidak mungkin ada agama dan Rasul kecuali ada yang mengutusnya.
Akan tetapi agama-agama yang ada selain Islam telah mengalami penyimpangan dan
perubahan sehingga mereka menyimpang dari jalan yang lurus.
Setelah kita mengenal dan mengimani
keberadaan Allah sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka perlu kita kenali
Allah sebagai Rabb yang telah menciptakan, memiliki dan mengatur semua
makhluknya, Dialah satu-satunya pencipta yang mengadakan sesuatu dari ketiadaan,
Allah berfirman:
Allah pencipta langit dan bumi, dan
bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya
mengatakan kepadanya:”Jadilah”. Lalu jadilah ia. (QS. 2:117)
Dialah satu-satunya pemilik
sebagaimana Dia adalah satu-satunya pencipta, demikian juga Dia pengatur
satu-satunya yang mengatur segala sesuatu. Semua ini diakui oleh kaum musyrikin
Makkah, sebagaimana diberitakan dalam Al Qur’an: Katakanlah: “Siapakah yang
memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan.” Maka mereka menjawab: “Allah.” Maka
katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (QS. 10:31)
Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi
ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui” Mereka akan menjawab:
“Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah:
“Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?”
Mereka akan menjawab: “kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak
bertaqwa?” Katakanlah: “Sipakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala
sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari
(azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.”
Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS.
23:84-89)
Dan sungguh jika kamu bertanya
kepada mereka :”Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:
“Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah).
(QS. 43:87)
Ini semua menunjukkan imannya kaum
musyrikin terhadap Rububiyah Allah, akan tetapi hal ini tidak cukup untuk
menyelamatkan mereka. Memang demikianlah, sebab mereka belum merealisasikan
iman mereka terhadap Allah sebagai satu-satunya sesembahan.
5. Dalil Sejarah.
Adalah dalil-dalil kekuasaan dan
keagungan Allah yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang telah berlaku di
atas muka bumi.
• Q. 3:137, Sesungguhnya telah lalu
beberapa peraturan (Allah) sebelum kamu, maka berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibatnya orang-orang yang mendustakan agama.
• Q. 7:176, Demikianlah umpamanya
kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sebab itu kisahkanlah kisah itu,
mudah-mudahan mereka berpikir.
• Q. 12:111, Sesungguhnya dalam
kisah-kisah mereka itu ada ibrah (pengajaran) bagi orang-orang yang berakal.
• Q. 11:120, Setiap riwayat kami
kisahkan kepadamu di antara perkhabaran para Rasul supaya Kami tenteramkan
hatimu dengannya.
6. Mengagungkan Allah dan
MenTauhidkan Allah.
Dari semua dalil-dalil yang dapat
dilihat di atas itu adalah berfungsi menguatkan pandangan kita betapa keagungan
Allah swt begitu luar biasa dan menundukkan kita sendiri di hadapan keagungan
ini. Langsung mencetuskan Tauhidullah yang luar biasa.
• Q. 21:92, Sesungguhnya ini, ummat
kamu (hai mukminin) ummat yang satu dan Aku Tuhanmu, sebab itu sembahlah Aku.
B. Mengenal sifat-sifat Allah swt (مَعْرِفَةُ صِفَاتِ اللهِ)
Bagaimana kita mengenal sifat Allah?
Kita dapat mengenal sifat Allah swt melalui:
• التَّفْكِيْرُ
فِي مَخْلُوقَاتِ اللهِ Tafakkur (memikirkan) ciptaan Allah.
• التَّعَلُّمُ
مِنْ رُسُلِهِ Belajar dari ajaran yang dibawa para rasul
Sesungguhnya pada langit dan bumi
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang
beriman. Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang
bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum
yang meyakini. (45:3-4).
Apa maksudnya kita dapat mengenal
sifat Allah melalui tafakkur terhadap ciptaan-Nya? Bila Anda memperhatikan
sebuah mobil, Anda dapat memastikan bahwa:
• Logam yang ada pada mobil itu
menunjukkan kepada Anda bahwa pembuat mobil tersebut memiliki logam dan
kemampuan membentuk logam menjadi bentuk yang sesuai untuk mobil.
• Kaca yang Anda lihat menunjukkan
bahwa pembuat mobil itu memiliki kaca serta kemampuan untuk membentuk kaca
sesuai kebutuhan mobil (jendela, kaca depan, dll..).
• Begitu pula dengan kabel tembaga …
• Yang tidak kalah penting bahwa
mobil tersebut menunjukkan bahwa pembuatnya mempunyai kehendak, dan ilmu untuk
membuat mobil.
Apa hubungan antara contoh tadi
dengan mengenal sifat Allah swt? Beberapa sifat pembuat mobil dapat kita
ketahui melalui produk mobilnya, begitu pula dengan Allah swt (bagi-Nya
permisalan yang maha agung, Dia tidak seperti makhluk-Nya) kita dapat
mengetahui sebagian sifat-sifat Allah swt melalui tafakkur terhadap
ciptaan-Nya.
• Bahwa hikmah (maksud &
manfaat) dari setiap makhluk yang diciptakan menunjukkan bahwa Penciptanya
memilki sifat Al-Hakim (Maha Bijaksana).
• Bahwa khibrah (ketelitian dan
kedalaman) dari penciptaan semua makhluk menunjukkan bahwa Penciptanya memiliki
sifat Al-Khabir (Maha dalam dan detil pengetahuan-Nya).
Mungkinkah kita mengetahui seluruh
sifat-sifat Allah swt melalui tafakkur terhadap ciptaan-Nya? Tidak mungkin.
Mengapa? Bila kita berpikir tentang sebuah mobil, kita mengetahui bahwa
pembuatnya memiliki kemampuan, ilmu, ketelitian dan kehendak, dan bahwa ia
memiliki materi untuk membuat mobil berupa logam, kaca, dll.. Tapi kita tahu
apakah ia dermawan atau bakhil? Tinggi atau pendek? Menyukai kita atau membenci
kita, adil atau zhalim?
Demikian juga kita tidak mungkin
mengenal semua sifat Allah swt hanya dengan tafakkur, misalnya mengapa Allah
menciptakan kita? Dan Mengapa Dia mematikan kita? Kita juga tidak mungkin tahu
bahwa Allah adalah:
المَعْبُودُ
Al-ma’bud (yang wajib diibadahi),
القُدُّوسُ Al-quddus (Maha Suci),
الأَعْلَى (Maha Tinggi),
الحَسِيْبُ (Maha Menghitung),
الغَفُورُ (Maha Pengampun).
القُدُّوسُ Al-quddus (Maha Suci),
الأَعْلَى (Maha Tinggi),
الحَسِيْبُ (Maha Menghitung),
الغَفُورُ (Maha Pengampun).
Lalu bagaimana kita mengenal sifat
Allah swt yang belum kita ketahui? Melalui para rasul ‘alaihimus salam yang
telah mengajarkan kepada kita apa yang dikehendaki Allah untuk kita ketahui.
“dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (2:255).
C. Kesimpulan (الخُلاَصَةُ)
• Mobil dan pesawat terbang yang
bergerak terarah sesuai rutenya menunjukkan adanya supir atau pilot
• Matahari, bulan, bintang, planet,
malam dan siang yang bergerak teratur pasti menunjukkan adanya Zat yang Maha
Mengatur, Allah swt.
• Seandainya Allah swt tidak ada,
maka alam semesta ini pasti tidak ada.
• Bahwa mobil yang terdiri dari
bahan pembentuknya menunjukkan bahwa pembuatnya memiliki semua bahan-bahan itu,
bahwa ia memilki kehendak, ilmu dan kemampuan untuk membuat mobil dengan baik.
• Alam semesta yang sempurna
menunjukkan bahwa Allah memiliki semua sifat-sifat kesempurnaan, manfaat dan
hikmah yang dimiliki setiap makhluk menunjukkan bahwa Dia adalah AL-Hakim (Maha
Bijaksana), kekuatan yang dimiliki oleh makhluk sebagai bukti bahwa Dia Maha
Kuat.
• Allah swt mengutus kepada kita
rasul-Nya untuk mengajarkan hal-hal yang tidak dapat kita ketahui hanya melalui
tafakkur, seperti perintah & larangan-Nya, apa saja yang Dia ridhai atau
murkai.
II. Nubuwat, yaitu pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah dll
Jumlah Nabi dan Rasul ALLAH
Jumlah
dari nabi dan rasul amatlah banyak;
QS Fathir 24: Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.
Nabi adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan membawa syariat untuk diamalkan dan tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan rasul adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya untuk diamalkan dan diperintahkan untuk menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi akan tetapi tidak setiap nabi adalah rasul. Muhamaad saw adalah nabi dan rasul, firman Allah swt dalam QS Al Ahzab 45 :
“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.”
QS Al Ahzab 40: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
QS. Az Zukhruf : 6 – 7: Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. Dan tiada seorang nabipun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
QS. Ghafir 78:
Dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu.
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban didalam shahihnya dari Abu Dzar al Ghifary berkata, ”Aku bertanya kepada Rasulullah saw berapakah jumlah para nabi?” beliau bersabda: ”124.000.” Lalu aku bertanya berapa jumlah para rasul?” Maka beliau bersabda: ”313.” Namun demikian hadits ini tidaklah mutawatir sehingga menjadi tidak shohih, yang akhirnya akan menimbulkan dugaan2 yang tidak berdasar selain dari perkiraan2 saja. Dan lagi pula apa pentingnya kita mengetahui detail masalah ini? Apa hubungannya dengan kehidupan ber-Islam kita? Apakah sudah tidak ada lagi yang lebih mendesak atau lebih penting untuk diketahui? Bahasa Arab, misalnya?
Masih banyak pendapat tentang hal ini dan tidak perlu disebutkan karena kita tidaklah dibebankan kecuali hanya sebatas mengetahui para rasul yang disebutkan didalam Al Qur’an al Karim yang berjumlah 25 orang, yang kebanyakan mereka disebutkan didalam firman Allah surat al An’am ayat 83 – 86 :Dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya. kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu juga telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya Nuh; yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya Termasuk orang-orang yang shaleh. Dan Ismail, Ilyasa', Yunus dan Luth. masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat di masanya.
Didalam ayat-ayat itu disebutkan sebanyak 18 orang ditambah lagi tujuh orang rasul lainnya di beberapa ayat berbeda yang kemudian oleh sebagian ulama dibuat sebuah susunan menjadi:
“Dan itulah hujjah kami dari mereka yang berjumlah 18 sedangkan sisanya yang berjumlah tujuh adalah Idris, Hud, Syuaib, Shaleh. Selanjutnya Dzulkifli, Adam yang kemudian ditutup dengan orang terpilih; Muhammad saw” (al Hawi li al Fatawa, karya Imam Suyuthi hal 249)
Imam Thabrani meriwayatkan dari Abu Umamah bahwa seorang laki-laki bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah Adam adalah seorang nabi?” Beliau saw menjawab,”Ya.” Kemudian orang itu bertanya,”Berapa masa antara dia dengan Nuh?” Beliau saw menjawab,”10 abad.” Lelaki itu bertanya lagi,”Berapa masa antar Nuh dengan Ibrahim?” Beliau saw menjawab,”10 abad.” Lelaki itu bertanya lagi,”Wahai Rasulullah berapakah jumlah para rasul?” Beliau saw menjawab,”315.” Orang-orang yang meriwayatkan (hadits ini) adalah orang-orang yang bisa dipercaya.
Urutan para rasul adalah Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib, Musa, Harun, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, Muhammad saw. .. (Fatawa al Azhar juz VIII hal 101)
Kembali ke pertanyaan anda;Berdasar uraian diatas maka menjadi kurang tepat jika disebutkan hanya 25 rosul yang diimani oleh Islam.
T: Ada berapa nabi dan rosul?
J: Menurut anda ada berapa berdasarkan uraian diatas?
T: sebutkan 2 nama saja slain 25 rosul!
J: Saya tidak menemukan nama selain 25 nama yang ada dalam Al-Qur'an. Sedangkan yang tidak disebutkan namanya jumlahnya sangat banyak. Jadi, tidak ada alasan yang cukup untuk menjawab pertanyaan ini.
Semoga Allah senantiasa menunjuki kita semua untuk tidak mempermasalahkan sesuatu yang tidak penting, dan semoga Allah menanamkan keinginan didalam hati kita untuk senantiasa tertarik dengan sesuatu yang bermanfaat khususnya untuk menambah keimanan dan ketaqwaan selama hidup didunia fana ini, aaamiin!
QS Fathir 24: Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.
Nabi adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan membawa syariat untuk diamalkan dan tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan rasul adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya untuk diamalkan dan diperintahkan untuk menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi akan tetapi tidak setiap nabi adalah rasul. Muhamaad saw adalah nabi dan rasul, firman Allah swt dalam QS Al Ahzab 45 :
“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.”
QS Al Ahzab 40: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
QS. Az Zukhruf : 6 – 7: Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. Dan tiada seorang nabipun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
QS. Ghafir 78:
Dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu.
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban didalam shahihnya dari Abu Dzar al Ghifary berkata, ”Aku bertanya kepada Rasulullah saw berapakah jumlah para nabi?” beliau bersabda: ”124.000.” Lalu aku bertanya berapa jumlah para rasul?” Maka beliau bersabda: ”313.” Namun demikian hadits ini tidaklah mutawatir sehingga menjadi tidak shohih, yang akhirnya akan menimbulkan dugaan2 yang tidak berdasar selain dari perkiraan2 saja. Dan lagi pula apa pentingnya kita mengetahui detail masalah ini? Apa hubungannya dengan kehidupan ber-Islam kita? Apakah sudah tidak ada lagi yang lebih mendesak atau lebih penting untuk diketahui? Bahasa Arab, misalnya?
Masih banyak pendapat tentang hal ini dan tidak perlu disebutkan karena kita tidaklah dibebankan kecuali hanya sebatas mengetahui para rasul yang disebutkan didalam Al Qur’an al Karim yang berjumlah 25 orang, yang kebanyakan mereka disebutkan didalam firman Allah surat al An’am ayat 83 – 86 :Dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya. kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu juga telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya Nuh; yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya Termasuk orang-orang yang shaleh. Dan Ismail, Ilyasa', Yunus dan Luth. masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat di masanya.
Didalam ayat-ayat itu disebutkan sebanyak 18 orang ditambah lagi tujuh orang rasul lainnya di beberapa ayat berbeda yang kemudian oleh sebagian ulama dibuat sebuah susunan menjadi:
“Dan itulah hujjah kami dari mereka yang berjumlah 18 sedangkan sisanya yang berjumlah tujuh adalah Idris, Hud, Syuaib, Shaleh. Selanjutnya Dzulkifli, Adam yang kemudian ditutup dengan orang terpilih; Muhammad saw” (al Hawi li al Fatawa, karya Imam Suyuthi hal 249)
Imam Thabrani meriwayatkan dari Abu Umamah bahwa seorang laki-laki bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah Adam adalah seorang nabi?” Beliau saw menjawab,”Ya.” Kemudian orang itu bertanya,”Berapa masa antara dia dengan Nuh?” Beliau saw menjawab,”10 abad.” Lelaki itu bertanya lagi,”Berapa masa antar Nuh dengan Ibrahim?” Beliau saw menjawab,”10 abad.” Lelaki itu bertanya lagi,”Wahai Rasulullah berapakah jumlah para rasul?” Beliau saw menjawab,”315.” Orang-orang yang meriwayatkan (hadits ini) adalah orang-orang yang bisa dipercaya.
Urutan para rasul adalah Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib, Musa, Harun, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, Muhammad saw. .. (Fatawa al Azhar juz VIII hal 101)
Kembali ke pertanyaan anda;Berdasar uraian diatas maka menjadi kurang tepat jika disebutkan hanya 25 rosul yang diimani oleh Islam.
T: Ada berapa nabi dan rosul?
J: Menurut anda ada berapa berdasarkan uraian diatas?
T: sebutkan 2 nama saja slain 25 rosul!
J: Saya tidak menemukan nama selain 25 nama yang ada dalam Al-Qur'an. Sedangkan yang tidak disebutkan namanya jumlahnya sangat banyak. Jadi, tidak ada alasan yang cukup untuk menjawab pertanyaan ini.
Semoga Allah senantiasa menunjuki kita semua untuk tidak mempermasalahkan sesuatu yang tidak penting, dan semoga Allah menanamkan keinginan didalam hati kita untuk senantiasa tertarik dengan sesuatu yang bermanfaat khususnya untuk menambah keimanan dan ketaqwaan selama hidup didunia fana ini, aaamiin!
Kitab-Kitab yang diturunkan ALLAH kepada
RasulNya
Daftar
kitab Allah SWT beserta Rasul penerima wahyunya :
1. Kitab
Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS berbahasa Ibrani
2. Kitab
Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS berbahasa Qibti
3. Kitab
Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS berbahasa Suryani
4. Kitab
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berbahasa Arab
III. Ruhaniyat, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti jin, iblis, setan, roh dll
Metafisik adalah (Bahasa Yunani: μετά (meta) = "setelah atau di balik", φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam") adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.
Penggunaan istilah "metafisika" telah berkembang untuk merujuk pada "hal-hal yang di luar dunia fisik". "Toko buku metafisika", sebagai contoh, bukanlah menjual buku mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu gaib, pengobatan alternatif, dan hal-hal sejenisnya.
Beberapa Tafsiran Metafisika Dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.
Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.
Dari paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460-370 S.M). Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata.
Berbeda halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monoistik dan dualistik. sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.
Dalam metafisika, penafsiran dualistik membedakan
antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda secara substansif.
Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap oleh pikiran adalah bersifat mental.
Maka yang bersifat nyata adalah pikiran, sebab dengan berpikirlah maka sesuatu
itu lantas ada.
IV. Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa
Al-quran dan as-Sunnah seperti alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur,
tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dsb. (2)
Tanda-tanda Kiamat Menurut Islam
Daripada Huzaifah bin Asid
Al-Ghifari ra. berkata: “Datang
kepada kami Rasulullah saw. dan kami pada waktu itu sedang berbincang-bincang.
Lalu beliau bersabda: “Apa yang kamu perbincangkan?”. Kami menjawab: “Kami
sedang berbincang tentang hari qiamat”.
Lalu Nabi saw. bersabda: “Tidak akan
terjadi hari qiamat sehingga kamu melihat sebelumnya sepuluh macam
tanda-tandanya”. Kemudian beliau menyebutkannya: “Asap, Dajjal, binatang,
terbit matahari dari tempat tenggelamnya, turunnya Isa bin Maryam alaihissalam,
Ya’juj dan Ma’juj, tiga kali gempa bumi, sekali di timur, sekali di barat dan
yang ketiga di Semenanjung Arab yang akhir sekali adalah api yang keluar dari
arah negeri Yaman yang akan menghalau manusia kepada Padang Mahsyar mereka”.
H.R Muslimi
H.R Muslimi
Keterangan:
Sepuluh tanda-tanda qiamat yang disebutkan Rasulullah saw. dalam hadis ini adalah tanda-tanda qiamat yang besar-besar, akan terjadi di saat hampir tibanya hari qiamat. Sepuluh tanda itu ialah:
Sepuluh tanda-tanda qiamat yang disebutkan Rasulullah saw. dalam hadis ini adalah tanda-tanda qiamat yang besar-besar, akan terjadi di saat hampir tibanya hari qiamat. Sepuluh tanda itu ialah:
- Dukhan (asap) yang akan keluar dan mengakibatkan penyakit yang seperti selsema di kalangan orang-orang yang beriman dan akan mematikan semua orang kafir.
- Dajjal yang akan membawa fitnah besar yang akan meragut keimanan, hinggakan ramai orang yang akan terpedaya dengan seruannya.
- Dabbah-Binatang besar yang keluar berhampiran Bukit Shafa di Mekah yang akan bercakap bahawa manusia tidak beriman lagi kepada Allah swt.
- Matahari akan terbit dari tempat tenggelamnya. Maka pada saat itu Allah swt. tidak lagi menerima iman orang kafir dan tidak menerima taubat daripada orang yang berdosa.
- Turunnya Nabi Isa alaihissalam ke permukaan bumi ini. Beliau akan mendukung pemerintahan Imam Mahadi yang berdaulat pada masa itu dan beliau akan mematahkan segala salib yang dibuat oleb orang-orang Kristian dan beliau juga yang akan membunuh Dajjal.
- Keluarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang akan membuat kerusakan dipermukaan bumi ini, iaitu apabila mereka berjaya menghancurkan dinding yang dibuat dari besi bercampur tembaga yang telah didirikan oleh Zul Qarnain bersama dengan pembantu-pembantunya pada zaman dahulu.
- Gempa bumi di Timur.. Bisa jadi ini mengacu kepada gempa di China, Tsunami di Aceh.
- Gempa bumi di Barat. Bisa jadi ini akan terjadi di daerah Mexico, Argentina, Brazilia dan negara-negara Amerika Latin
- Gempa bumi di Semenanjung Arab.. Kemungkinan kasus longsor di Mesir sebagai pembukanya.
- Api besar yang akan menghalau manusia menuju ke Padang Mahsyar. Api itu akan bermula dari arah negeri Yaman. (Apa ini bahaya Nuklir?)
Mengikut pendapat Imam Ibnu Hajar
al-Asqalani di dalam kitab Fathul Bari beliau mengatakan: “Apa yang dapat
dirajihkan (pendapat yang terpilih) dari himpunan hadis-hadis Rasulullah Saw.
bahawa keluarnya Dajal adalah yang mendahului segala petanda-petanda besar yang
mengakibatkan perubahan besar yang berlaku dipermukaan bumi ini. Keadaan itu
akan disudahi dengan kematian Nabi Isa alaihissalam (setelah belian turun dari
langit). Kemudian terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya adalah permulaan
tanda-tanda qiamat yang besar yang akan merusakkan sistem alam cakrawala yang
mana kejadian ini akan disudahi dengan terjadinya peristiwa qiamat yang dahsyat
itu. Barangkali keluarnya binatang yang disebutkan itu adalah terjadi di hari
yang matahari pada waktu itu terbit dari tempat tenggelamnya”.
Tidak hanya diatas namun pembahasan Aqidah juga dapat mengikuti Arkanul iman yaitu :
1. Kepercayaan akan adanya Allah dan segala sifat-sifatNya
2. Kepercayaan kepada Malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani lainnya seperti Jin, iblis dan Setan)
3. Kepercayaan kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada rasul
4. Kepercayaan kepada Nabi dan Rasul
5. Kepercayaan kepada hari akhir serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu
6. Kepercayaan kepada takdir (qadha dan qadar) Allah (2)
B.
Penjelasan
Adapun penjelasan ruang lingkup
pembahasan aqidah yang termasuk dalam Arkanul Iman, yaitu:
1. Iman kepada Allah
Pengertian iman kepada Allah ialah:
• Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
• Membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluknya.
• Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baru (makhluk). (3)
Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah. (4)
2. Iman Kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya. (5)
Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyeru kita mengimankan sejenis makhluk yang gaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca indera, itulah makhluk yang dinamai malaikat. Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah swt.
Mengenai nama-nama dan tugas para malaikat tidak bisa diperkirakan. Mereka juga ada perbedaan dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam tugas, pangkat dan kedudukannya baik yang berada dan tugas di alam ruh maupun ada yang bertugas di dunia.
Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah sbb :
? Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-nabi dan rasul
? Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam seperti melepaskan angin, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
? Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan nanti.
? Malaikat Izrail (Malaikal maut) bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk hidup lainnya.
? Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia
? Malaikat Ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para pelayan surga
? Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para malaikat menyiksa penghuni neraka
? Malaikat yang bertugas memikul Arasy
? Malaikat yang menggerakkan hati manusia bentuk berbuat kebaikan dan kebenaran
? Malaikat yang bertugas mendoaka orang-orang yang beriman supaya diampuni oleh Allah segala dosa-dosanya diberi ganjaran surga dan dijaga dari segala keburukan dan doa-doa lain.(5)
Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, maka kita akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah swt. lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan dan berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya. Karena malaikat selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia. baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara individu maupun masyarakat. (5)
Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih ada sampai sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang masih ada namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan Zabur kepada Daud.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara Nabi dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.(6)
Di Al-Qur’an disebut nama 25 orang Nabi, beberapa diantaranya berfungsi juga sebagai rasul ialah (Daud, Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada manusia dan menunjukkannya cara pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana manusia biasa lainnya Nabi dan Rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat manusia lainnya. Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi sekaligus Rasul terakhir tidak ada lagi rangkaian Nabi dan Rasul sesudahnya.
Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya yang telah diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan namanya. Seorang muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan satu sama lain, tugas dan mukjizatnya masing-masing seperti yang diperintahkan oleh Allah.
5. Iman kepada hari Akhir
Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam, itu merupakan hari yang tidak diragukan lagi.
Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung (hisab) amal perbuatan setiap orang yang suda dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan ganjaran sesuai dengan hasil perbuatan selama di dunia.
Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi tegaknya keadilan, harus ada suatu kehidupan baru dimana semua pihak akan memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihannya masing-masing. (7)
6. Iman kepada qada dan qadar
Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu hukum sebab akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani.
Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya hukum sebab akibat, yang ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.(8) Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Qur’an berbagai macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah SWT, yang termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup maupun yang mati.
B. Aqidah cabang
Yang dimaksud aqidah cabang adalah cabang-cabang aqidah yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman yang enam. Misalnya munculnya perbedaan pendapat dalam membicarakan zat Tuhan, sifat Tuhan, dan perbuatan Tuhan. Misalnya dalam soal zat Tuhan, muncul pertanyaan apakah Tuhan berjisim atau tidak. Dalam masalah sifat Tuhan apakah Tuhan mempunyai sifat? Dalam soal perbuatan, apakah tuhan wajib melakukan perbuatan? Dalam soal percaya kepada malaikat, apakah iblis termasuk golngan malaikat? Delam soal iman kepada kitab, apakah wahyu makhluk atau bukan. Semua isu tesebut muncul setelah umat Islam terpecah atas beberapa golongan seperti Syiah, Khawarij, dan Ahlus Sunnah wal Jamaah.(9)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mengenai liputan dari ruang lingkup pembahasan Aqidah
baik yang Ilahiyah atau mengenai ALLAH, Nubuat atau mengenai Rasulullah dan
kitab-kitab ALLAH, Ruhaniah atau mempelajari tentang hubungan alam Metafisik
atu hubungan dengan jin, syaitan, iblis, malaikat dan lain-lain, maupun
Sam’iyah mengenai kepercayaan dengan hal-hal yang terdiri dari Qada baik
ataupun Qadar buruk. Ternyata dari yang telah kita pelajari bersama dapat
disimpulkan, dengan mempelajari hal-hal di atas kita jadi dapat mengetahui
sedikit banyak mengenai Allah, rasululllah, kitabullah, maupun definisi dari
rukun iman itu sendiri. Juga dari beberapa informasi pelengkap tadi dapat
menyegarkan pikiran dari pada hal-hal yanng sebelumnya kita curigai atau
disalahsangkakan.
B.
Saran
Semoga apa-apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil
intisarinya yang kemudian diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di
masa yang akan datang.
Daftar Pustaka
Situs-situs:
·
http://muhammadrusdie.blogspot.com/2012/02/ruang-lingkup-aqidah.html
·
http://www.scribd.com/doc/26464001/kitab-allah-zabur-taurat-injil-al-quran
·
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101115180440AAtR37S
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Metafisika
·
http://milaisma.blogspot.com/2009/11/pengertian-aqidah-dan-aqidah-islamiyah.html
Google
Image searcher:
·
SubhanAllah picture
·
Aqidah tree
Bebarapa
Gambar mengenai pembahasan diatas :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar